Sabtu, 09 Oktober 2010

HUKUM 10.000 JAM

HUKUM 10.000 JAM
Untuk menjadi sukses, tidak cukup dengan ketekunan. Seperti karya-karya sebelumnya, kepiawaian Gladwell selalu menyertai ketajaman analisa dalam menyampaikan gagasan. Kerja keras adalah kata kunci yang ingin ia sampaikan dalam puluhan halaman pertama buku baru yang ditulisnya Outliers. Dalam buku itu ia menyebutkan beberapa orang atau kelompok yang berhasil di antaranya The Beatles dan Bill Gates.
Nama The Beatles sudah menjadi bagian dari sejarah yang tak akan terlupakan. Tapi jauh jadi history maker, musik mereka telah diasah melalui intensitas dan kerja keras yang terbilang tidak biasa. The Beatles adalah salah satu sejatinya sang-”outliers”.
Kendati rumah mereka di Liverpool, mereka memutuskan untuk lengser ke Hamburg untuk meraih kesempatan yang lebih besar. Jika The Beatles merasa nyaman dalam zona aman di Liverpool dengan pola aktif bermain musik hanya sejam setiap main, maka di Hamburg mereka bisa bermain delapan jam selama tujuh hari. Dalam konteks intensitas, The Beatles menyublimkan definisi seni menjadi proses kerja kreatif.
Sedangkan Bill Gates dipaparkan telah berlumut di dalam laboratorium sekolahnya mengendapkan passion -nya terhadap komputer, (di mana teman sebayanya saat itu masih terlalu asing menyebutkan nama benda tersebut). Gates menghabiskan delapan jam setiap hari saban sepekan, mirip The Beatles yang telah melampaui 10.000 jam dalam kerja kreatifnya.
Sekilas ada perbedaan yang mencolok dari buku sebelumnya, Blink di mana thesis Gladwell tentang kecakapan intuisi (intuitive thinking) yang dinyatakan sebagai sejatinya endapan pengalaman yang tersembunyi dalam otak. Sedangkan dalam Outliers dituangkan bagaimana kesuksesan dari orang-orang yang “berani beda” itu bukanlah lahir begitu saja. Ada citraan yang sistemik di dalamnya, lingkungan dan kesempatan yang juga sangat berpengaruh besar.
Sebagai buku yang mengantarkan motivasi, Outliers bukan yang pertama mencantumkan kerja keras sebagai quotes kesuksesan. Hanya Gladwell secara mendasar mencantumkan kuantifikasi kaidah 10.000 jam. Gladwell sengaja menggarisbawahi angka segitu, seakan ingin menjadikan hukum ketekunan 10.000 jam akan membuahkan kesuksesan besar. Dalam narasinya, Gladwell mempolakan kesusksesan dalam 10.000 jam ketekunan. The Beatles dan Gates dipersatukan dalam locus yang sama, kemiripan kasus sebelum kesuksesan mereka dulang.
Sepuluh ribu jam adalah angka ajaib untuk menghantar sebuah kesuksesan, tandas Gladwell. Dalam kasus Lennon untuk The Beatles, dan Gates untuk Microsoft, adalah pencapaian terukur dari fakta kesuksesan dan menjadi berbeda dari yang lain (outlier).
Selain kerja keras, Gladwell juga mengendus sisi lain pembangkit daya beda untuk meraih kesuksesan. Salah satu contoh yang disodorkan adalah studi kasus hubungan antara faktor kesehatan dan umur panjang dalam sebuah komunal.
Adalah Roseto, sebuah perkampungan imigran Italia di sudut Pensylvania yang warganya rata-rata bisa mencapai umur panjang. Dugaan pertama karena sedikitnya kasus serangan jantung dari usia matang dan manula. Gladwell kemudian meneliti lebih lanjut, bahwa fakta umur panjang para warga Roseto bukanlah disebabkan karena habit berolahraga.
Daya telisik yang dituangkan Gladwell sungguhlah unik. Ternyata warga Roseto bukanlah seperti kebanyakan warga Amerika yang hidup dalam pola individualis dan serba selfish. Mereka masih memegang nilai tradisi keguyuban khas moyang mereka di Italia. Kehidupan bertetangga dengan hidup kesederhanaan. Harmonis dan saling kenal satu dengan yang lain menyebabkan hidup mereka jauh dari stres. Dalam pembahasan ini, Outliers terkesan lebih empuk dari pembahasan sebelumnya. Studi kasus warga Roseto ini menjadi gambaran sebuah alasan kalau kesuksesan tidak serta-merta dinilai dari angka-angka. Banyaknya warga Roseto dengan standar umur di atas rata-rata, bahkan terdapatnya tiga generasi yang hidup nyaman dalam satu keluarga menjadi acuan pembeda yang sengaja ditampilkan secara gamblang.
Seperti yang sudah-sudah, di penghujung buku Gladwell memberikan tendangan khasnya menyuguhkan betapa pun besarnya arti sebuah fenomena selalu dilatari fakta-fakta yang terselubung dan bahkan terhubung satu dengan yang lain. Ia mengikat sejumlah data, kejadian, dan fakta yang terkesan saling lepas dan tidak bersinggungan satu dengan yang lain. Bisa jadi, orang kebanyakan tidak melihatnya, tapi Gladwell bisa melihat sesuatu yang berbeda itu justru mempunyai “kesatuan”. CHUS
KAIDAH 10.000 JAM
The Beatles adalah salah satu band rock terkenal di dunia dunia, Bill Gates adalah pemilik Microsoft, perusahaan perangkat lunak, yang dengan sistem operasi windows-nya merajai dunia. Dan Mozart, si jenius dalam komposisi, yang kita kenal karyanya sekarang dalam musik klasik.
Mereka adalah orang-orang hebat. Terkadang kita iri dan ingin sama hebatnya dengan mereka. Tapi diantara kita, selalu terbersit pikiran, bahwa mereka di anugerahi bakat bawaan yang hanya di dapat segelintir orang di dalam populasi dunia yang berjumlah milyaran ini. Kita sering terpesona dengan cerita kesuksesan mereka saat ini, tanpa berpikir kehidupan mereka sebelum menjadi terkenal dan hebat
Sebelum membicarakan mereka lagi. Kita tinjau fakta menarik dari sebuah kasus ini :
Hampir selama satu generasi lamanya para psikolog, terlibat dalam perdebatan yang menarik, yang bisa diselesaikan oleh orang awam seperti kita. Pertanyaannya adalah : apakah memang ada yang disebut bakat bawaan? Jawaban yang pasti adalah ya. Tidak setiap orang akhirnya menjadi ahli dibidangnya, hanya mereka yang memiliki bakat bawaan. Kesuksesan adalah bakat di tambah latihan. Masalahnya dengan pandangan seperti ini maka para psikolog yang menelaah karier mereka yang berbakat, maka sepertinya semakin kecil peranan bakat dan semakin besar peranan latihan.
Dalam sebuah penelitian tahun 1990-an, oleh psikolog K. Anders Ericsson dan dua rekannya, dibantu profesor di Academy of Music yang elit di Berlin, mereka membagi pemain biola di sekolah tersebut dalam tiga kelompok. Kelompok pertama adalah pemain bintang, yang berpotensi menjadi pemain biola solo kelas dunia. Kelompok kedua adalah pemain yang dinilai bagus. Sedangkan kelompok ketiga adalah semua siswa yang kemungkinan besar tidak akan menjadi pemain profesional dan yang berkeinginan menjadi guru musik. Semua siswa ini diajukan pertanyaan yang sama : selama karier mereka sejak bermain biola pertama kali, berapa jam lamanya mereka sudah berlatih?
Semua siswa di tiga kelompok ini bermain pada saat yang sama, yaitu sekitar usia lima tahun. Di tahun-tahun pertama mereka berlatih sama banyaknya, yaitu sekitar dua-tiga jam setiap minggu. Tetapi pada saat siswa-siswa ini berusia sekitar delapan tahun, perbedaan mulai terbentuk. Para siswa yang terbaik di kelasnya berlatih lebih sering dibandingkan teman-temannya. 6 jam seminggu pada usia 9 tahun, 8 jam seminggu pada usia 12 tahun, 16 jam seminggu di usia 14 tahun, dan semakin meningkat, sehingga di usia 20 tahun mereka berlatih 30 jam seminggu. Jika dihitung, para siswa ini sudah menghabiskan 10000 jam lamanya untuk berlatih. Sebaliknya siswa biasa hanya 8000 jam, dan para calon guru hanya 4000 jam.
Ericsson membandingkan dengan para pemain piano amatiran dengan profesional. Didapatkan pola yang sama. Para pemain amatiran tidak pernah berlatih lebih dari 3 jam tiap minggunya, dan di usia 20 tahun mereka sudah melakukan 2000 jam latihan. Sedangkan pera pemain profesional secara konstan menambah waktu latihannya, sehingga diusia 20 tahun mereka, seperti para pemain biola, telah berlatih sebanyak 10000 jam
Fakta yang mengejutkan ditemukan oleh Ericsson dan rekan-rekannya. Mereka tidak bisa menemukan ‘pemusik alami’, yaitu para musisi di tingkatan tertinggi dengan waktu latihan lebih sedikit dari rekan mereka. Mereka pun tidak bisa menemukan ‘pekerja keras’, yaitu orang-orang yang belatih lebih keras dibanding orang lain, namun akhirnya tidak masuk ke kelompok terbaik. Penelitian ini menunjukan bahwa begitu seseorang memiliki kemampuan untuk masuk sekolah musik hebat, yang membedakan mereka diantara rekan-rekan mereka adalah seberapa keras usah yang mereka lakukan. Dan yang lebih penting, orang-orang di tingkatan teratas tidak hanya berusaha keras, tapi mereka berusaha jauh lebih keras dari yang lain.
Pemikiran bahwa keberhasilan dalam melakukan tugas yang kompleks mensyaratkan jumlah minimum waktu latihan, berulang-kali muncul dalam penelitian mencari cara memperoleh keahlian dalam suatu bidang. Sebenarnya para ahli telah mendapatkan sesuatu yang mereka yakini menjadi angka ajaib bagi seseorang menjadi seorang yang ahli : 10000 jam (sepuluh ribu jam) .
Fakta yang menarik bukan?? Sekarang kita tengok para tokoh besar kita, apakah benar demikian cara mereka sukses?? Kita simak yang berikut :
1. The Beatles
Di tahun 1960 The Beatles masih merupakan band rock yang sedang memulai kariernya, mereka diundang untuk bermain di Hamburg, Jerman, yang saat itu tidak memiliki klub musik ‘rock n roll’ . Mereka akhirnya melakukan perjalanan ke Hamburg lima kali antara tahun 1960 sampai akhir 1962. pada perjalanan pertama mereka bermain 106 malam minimal 5 jam setiap malam. Perjalananan kedua mereka bermain 92 kali. Perjalanan ketiga mereka bermain 48 kali dengan total 172 jam di atas panggung. Dua pertunjukan terakhir di Hamburg, melibatkan 90 jam lamanya. Biala dijumlah, mereka telah bermain 270 malam dalam waktu satu setengah tahun. Dan pada saat meraih kesuksesan di tahun 1964 mereka diperkirakan telah naik panggung sebanyak 1200 kali. (hitung saja jika tiap kali tampil minimal 1 jam, hasilnya 12000 jam, padahal jam pertunjukan mereka lebih dari itu). Sangat luar biasa, Kenapa? Karena kebanyakan band saat ini tidak pernah melakukan pertunjukan sebanyak itu sepanjang karier mereka. Kaidah 10000 jam bernama Hamburg yang membedakan mereka dengan band-band lainnya.
2. Bill Gates
Cerita dari Bill Gates ini sangat panjang, maka akan saya ringkas seperti ini :
Ayahnya adalah pengacara kaya raya dan ibunya adalah putri bankir terkenal. Bill Gates dewasa sebelum waktunya sehingga bosan dengan sekolahnya. Jadi orantuanya mengeluarkannya dari sekolah negri dan memindahkan ke sekolah swasta yang berisi anak-anak keluarga kaya di Seattle bernama Lakeside.
Di pertengahan tahun kedua, sekolah ini mendirikan klub komputer, Lakeside membeli komputer ASR-33 Teletype yang bisa untuk kegiatan seperti time-sharing di tahun 1968. Dari situ kaidah 10000 jam Bill Gates dimulai.
Hal itu adalah kesempatan pertama Gates. Kesempatan kedua, ibu-ibu di Lakeside memiliki cukup banyak uang untuk membayar biaya komputer. Kesempatan ketiga adalah saat dana itu habis, salah satu orang tua kebetulan bekerja di C-Cubed, yang kebetulan memerlukan seseorang untuk menguji perangkat lunaknya di akhir pekan dan juga kebetulan tidak peduli kalau akhir pekan di perpanjang menjadi hari biasa. Kesempatan keempat adalah Gates kebetulan menemukan informasi mengenai ISI yang memerlukan seseorang untuk mengerjakan perangkat lunak pembayarannya. Kesempatan kelima adalah Gates kebetulan tinggal di dekat University of Washington. Nomor 6 adalah universitas ini mempunyai jadwal kosong antara pukul 3 sampai 6 pagi. Nomor 7 adalah TRW kebetulan menghubungi Bud Pembroke. Nomor delapan adalah programer terbaik yang dikenal Pembroke untuk menyelesaikan masalah itu kebetulan adalah 2 anak SMA. Dan nomor sembilan adalah Lakeside bersedia mengizinkan kedua anak tersebut menghabiskan musim seminya menuliskan program di luar sekolah.
Pada saat Gates keluar dari Harvard, dia mendirikan perusahaan perangkat lunak sendiri, dia telah berlatih membuat program secara nonstop selama tujuh tahun lamanya, jauh malampaui batas minimum berlatih selama 10000 jam
3. Mozart
Berdasarkan standar komponis yang sudah dewasa, beberapa karya awal Mozart tidak luar biasa. Sejumlah karya awalnya mungkin dituliskan ayahnya dan mungkin dikembangkan seiring berjalannya waktu. Banyak komposisi Mozart di masa kecilnya, seperti tujuh concerto pertamanya untuk piano dan orkestra, merupakan aransemen ulang karya komponis lainnya. Dari berbagai concerto yang diciptakan sendiri oleh Mozart, karya paling awalnya yang kini dinilai sebagai karya besarnya (No. 9, K. 271) baru diciptakannya pada usia 21 tahun : pada saat itu Mozart sudah menciptakan berbagai concerto selama 10000 jam.
Hah… Ternyata fakta mengejutkan disini adalah sangat sederhana, kita ‘hanya’ berlatih untuk sebuah bidang tertentu selama 10000 jam dan kita menjadi ahlinya. Kita telah mendapatkan contoh dari kisah orang-orang terkenal ini. Mereka adalah para outlier dengan bakat mereka dan jika kita lihat pengaruh terbesar bukan bakatnya, tapi mereka mendapatkan sejenis kesempatan unik untuk melakukan kaidah 10000 jam ini.
Maka bagi kita semua (termasuk saya tentunya), hanya satu saran saya kejarlah kesempatan yang bisa kita dapatkan untuk melakukan kaidah 10000 jam ini, dan kita akan menjadi ahlinya, sesederhana itu!!!!
Sumber : Gladwell Malcolm. Outeliers : Rahasia di Balik Kesuksesan. 2010. Gramedia : Jakarta

1 komentar:

  1. Sungguh artikel yang mencerahkan..

    Salam kenal...

    Kunjungi website kami : http://www.skinbagus.com
    "Bikin Skin Semau Kamu!"

    :)

    BalasHapus